Pages

Monday, February 18, 2013

Pergi

Tadi pagi, saya duduk di samping jendela rumah milik keluarga besar saya. Rumah tempat berkumpul saat lebaran. Rumah yang begitu dicintai oleh semua anggota keluarga besar kami. Tempat saya dan saudara saudara menghabiskan liburan sekolah. Di tempat ini, ribuan kenangan dilahirkan. Dari yang manis hingga pahit sepahit pahitnya kenangan.
Di tepi jendela yang berhiaskan teralis dapat dinikmati pemandangan areal persawahan disertai suara kicauan burung dan angin sepoi sepoi. Suasana ala desa seperti yang banyak digambarkan di dalam buku cerita. Sebentar lagi saya akan bersiap meninggalkan tempat ini. Pergi ke kota lain mengais rejeki sambil berharap datangnya kehidupan yang lebih baik. Tentu saja tempat ini dan segala pemandangan yang menghiasinya akan selalu tertanam dalam pikiran saya.
Siang ini, stasiun kereta tampak sepi. Lebih sepi dari biasanya. Berbagai orang tampak lalu lalang membawa tas dan bungkusan plastik. Ada ibu-ibu yang berjalan sambil menggendong anaknya. Ada pula yang sibuk merayu agar anaknya berhenti menangis. Ah stasiun kereta, disinilah pertumpahan emosi kerap kali lahir. Disinilah tempat pertemuan dan perpisahan hanya dipisahkan oleh suara peluit dan pintu setiap gerbong.
Banyak emosi yang tercipta, terutama mengenai perpisahan dan kesedihan. Dan entah mengapa saya justru menikmatinya. Bepergian sendiri untuk waktu yang tak tentu memang membuat saya sedikit penasaran. Pertanyaan kapan saya akan pulang seakan merasuk dan menyatu dalam denyut nadi. Satu ketakutan yang mungkin terjadi bukan masalah pulang, namun bila saya terlanjur jatuh cinta dengan kota tujuan dan menolak untuk pulang. Bila saya betah dan merasa nyaman disana, di kota tujuan yang penuh dengan misteri.
Ah tapi rumahku bukan disana, rumahku adalah rumah dengan pemandangan sawah dari balik teralis. Rumah yang membuat saya berimajinasi bahwa tempat itu adalah istana. Dengan Eyang puteri menjadi sang ratu, dan saya beserta saudara sepupu adalah sang putera mahkota.
Kereta ini terus melaju. Meninggalkan rumahku. Mengisi kepalaku dengan berbagai kenangan akan rumah. Kali ini gerbong yang saya tempati cukup sepi. Kereta adalah alat transportasi paling romantis yang pernah saya naiki.
Sebuah buku dikeluarkan,  dibuka namun tak dibaca dengan serius. Hanya alibi agar saya tak terlalu terlihat sedang melamun. Pemutar musik memainkan Bob Dylan - like a rolling stones.
      how does it feel?
      how does it feel?
      to be on your own
      with no direction home
      like a complete unknown
      like a rolling stone
Bukankah hidup ini adalah tentang pulang?
*ditulis kemarin, diatas kereta yang berjalan santai menuju Jawa Timur

Friday, February 8, 2013

Inovasi

Suatu ketika di penghujung akhir 2011, saya menuliskan beberapa twit. Ini adalah hasil pemikiran saya pribadi yang entah mengapa ingin saya muat lagi di blog ini.

Inovasi merupakan suatu keadaan untuk memberikan warna baru terhadap suatu penemuan agar manfaatnya dapat digunakan dengan lebih optimal dan efektif. Inovasi adalah bentuk improvisasi. Inovasi menawarkan sesuatu yang lebih segar dan tentunya lebih baik daripada sebelumnya.

Tujuan berbagi pemikiran ini cukup sederhana, hanya berbagi ide saja agar bisa menginspirasi suatu penemuan baru. Masalah eksekusi ide ini adalah hal yang berbeda, setidaknya hingga hari ini. Jika ada yang tertarik menyebarkan tentu saja silahkan, jangan lupa menyebutkan sumber.

1) Melihat transfer energi menjadi pengobatan alternatif membuat saya terpikirkan suatu hal. Andai hal itu bisa diaplikasikan untuk charging gadget. #inovasi

2) Sebenarnya charging nirkabel bukan hal baru. Solar system melalui konversi sinar mentari menjadi listrik contohnya. Tapi lebih baik jika menggunakan sumber lain yg bisa dipakai kapanpun dimanapun. #inovasi

3) Gelombang sinyal (hp,radio,dll) yang bertebaran di bumi menghasilkan radiasi. Radiasi ini adalah energi mentah yang potensial. #inovasi

4) Dengan #inovasi teknologi nirkabel. Wifi dan bluetooth bukan hal aneh lg. Tapi bisakah menjadikan listrik sebagai nirkabel?

5) Ternyata, menurut sumber dari http://bit.ly/vT52ug selain AS, peneliti dari UI jg telah menemukan konsep teknologi listrik nirkabel. #inovasi

6) Bisakah teknologi itu segera diaplikasikan di masyarakat? Selain praktis, tentu aman karena bisa meminimalisir konsleting. #inovasi

7) Jika kita bisa mengubah radiasi gelombang ponsel, radio dan tv menjadi energi listrik tentu saja ini bermanfaat. #inovasi

8) Eksekusinya dilakukan dengan sebuah penangkap gelombang yg dihubungkan dengan alat konversi. #inovasi

9) Alat konversi ini yang berfungsi mengubah radiasi gelombang menjadi listrik. #inovasi

10) Listrik tersebut kemudian disebar secara nirkabel dengan suatu alat lain di tempat tempat strategis. #inovasi

11) Dimulai dari indoor, demi mengurangi jumlah stopkontak dalam ruangan. Dilanjutkan di tempat umum yang ramai dikunjungi. #inovasi

12) Bukan tak mungkin hal ini menjadi terobosan baru di dunia otomotif/mobil listrik. #inovasi

13) Tak perlu repot mencari kabel. Tak perlu pusing berpikir sumber energi yang terbatas. Ini adalah sebuah program yang efisien. #inovasi

14) Bayangkan konsep sebuah green teknologi modern, daur ulang radiasi menjadi energi. Daur ulang hal yang diremehkan menjadi sesuatu yang bernilai. #inovasi

15) Berharap di masa depan kita tak lagi bergantung kepada energi fosil untuk memproduksi listrik. #inovasi

16) Konsep ramah lingkungan dengan sasaran untuk mengurangi tingkat radiasi sinyal serta memanfaatkan sumber energi baru yang potensial. #inovasi

17) Semoga sedikit share tentang #inovasi ini bisa sedikit menginspirasi anda.

Mengingat twitter adalah media 140 karakter, maka sengaja saya buat beberapa penyesuaian agar tulisan ini lebih nikmat dibaca. Semoga menginspirasi karena teknologi adalah sesuatu yang luar biasa.

Thursday, February 7, 2013

Lewat Djam Malam




"Kepada mereka yang telah memberikan sebesar-besar pengorbanan nyawa mereka, supaya kita yang hidup pada saat ini dapat menikmati segala kelezatan buah kemerdekaan. Kepada mereka yang tidak menuntut apapun buat diri mereka sendiri."

Kalimat tersebut dapat ditemui di penghujung film Lewat Djam Malam. Sebuah karya yang disutradarai oleh Umar Ismail. Dibuat sekitar 9 tahun setelah republik ini berdiri. Tentu saja dengan peralatan seadanya. Minimalnya peralatan pendukung tak lantas membuat kualitas film ini dibawah rata-rata. Ide cerita yang baik dengan menimbulkan beberapa konflik tak biasa menjadi alasan kenapa film ini wajib ditonton.

Tuesday, February 5, 2013

Mentari Pagi Puncak Suroloyo

Aku selalu kagum dengan benda-benda langit. Mulai dari bulan, bintang, matahari, hingga benda tak dikenal bernama ufo. Buatku pribadi, prosesi terbit dan terbenamnya matahari adalah sakral. Penuh rahasia yang selalu membuatku berdecak kagum. Semburat jingga di ufuk timur dan barat merupakan kenikmatan. Adalah suatu kebanggaan bisa melihatnya langsung.

Jam tanganku menunjukkan pukul 2 pagi. Mungkin terlalu dini untuk bepergian, tapi tidak untukku. Sebuah kabar burung menyatakan bahwa Puncak Suroloyo adalah salah satu tempat indah untuk melihat sunrise, salah satu objek kegemaranku. Puncak Suroloyo terletak di Pegunungan Menoreh dan juga menjadi salah satu bukit tertinggi di Menoreh. Dari tempat itu tak hanya terlihat Candi Borobudur, namun juga Gunung Merapi, Merbabu, Sumbing, dan Sindoro.

hayo tebak, itu gunung apa?