Menyusuri beberapa wilayah republik ini memakan waktu yang cukup lama. Selain luasnya, bentuk georafis yang berupa kepulauan menjadi faktor yang mempersulit. Teknologi muncul seiring waktu. Semakin banyak inovasi dan penemuan lain yang mendukung kepada kemudahan akses transportasi. Bukan hal sulit untuk mengunjungi sebuah wilayah yang dipisahkan samudera. Banyaknya penemuan di bidang transportasi berimbas kepada suatu masalah, yaitu kemacetan.
Namun dengan tulisan ini saya tidak ingin membahas panjang lebar tentang kemacetan. Terkait dengan inovasi transportasi, justru saya ingin mengajak kalian kembali ke jaman purba dimana inovasi masih menjadi mimpi.
Mari "Berjalan Kaki".
Jalan kaki adalah sebuah bentuk olahraga paling murah yang ada. Jalan kaki membakar kalori. Tak perlu peralatan rumit, tak perlu arena khusus, hanya perlu sekedar alas kaki atau bisa juga tanpa alas kaki. Satu hal yang patut disayangkan. Beberapa tempat, terutama di kota-kota besar dan ibukota, fasilitas untuk berjalan kaki nampaknya sudah beralih fungsi.
Yang pertama, fasilitas jalan kaki atau lebih dikenal dengan nama trotoar digunakan untuk berjualan. Melihat orang berjualan di tempat yang bukan seharusnya cukup mengganggu. Susah untuk lewat, dan berujung hilangnya minat untuk melanjutkan perjalanan dengan kaki.
Yang kedua, trotoar dijadikan tempat nongkrong. Untuk duduk-duduk bodoh sekedar berbincang atau berkumpul. Ini salah, karena fungsi dasar trotoar adalah untuk memberikan kenyamanan dan keamanan pejalan kaki yang melintas, bukan untuk duduk-duduk bodoh sambil menghalangi jalan.
Yang ketiga, karena polusi. Trotoar yang biasanya terletak di sisi jalan raya merupakan tempat yang strategis untuk menghirup asap kendaraan. Beberapa kendaraan sudah menggunakan teknologi gas buang yang ramah lingkungan tetapi jumlahnya hanya segelintir. Membayangkan kalimat "berjalan di trotoar" pasti membayangkan berjalan diteriknya panas matahari dan serbuan asap kendaraan. Hal ini dapat diantisipasi dengan menanam pohon di antara trotoar dan jalan raya. Membuat kesan asri sekaligus meminimalisir dampak polusi.
Yang keempat, trotoar identik dengan tempat sampah umum. Bisa dilihat dari banyaknya sampah yang berserakan. Beberapa trotoar sudah menyediakan tempat sampah disekitarnya, tetapi itu belum cukup tanpa dibarengi oleh kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya. Trotoar yang kotor membuat pejalan kaki malas untuk melintas, dan memilih untuk naik angkutan umum. Jika trotoar bersih maka masyarakat pun mau menggunakannya.
Apabila status trotoar dikembalikan fungsinya menjadi fasilitas untuk berjalan kaki niscaya akan semakin banyak masyarakat yang mau berjalan kaki. Untuk mengunjungi tempat yang dekat tak harus selalu menggunakan kendaraan. Jangan malas berjalan kaki. Ayo kurangi penggunaan kendaraan pribadi yang menimbulkan kemacetan, sekaligus sambil membakar kalori.
Ada tambahan? Silahkan isi di kolom komentar :)
tak lupa banyak juga trotoar yg rusak akibat pekerjaan galian pipa atau juga karena di makan waktu...
ReplyDeletebenar" membuat tidak nyaman..
oh iya boleh minta komentarnya gak disini?
http://herzablog.blogspot.com/2011/11/seandainya-saya-menjadi-anggota-dpd-ri.html
makasih yah sblmnya :)
@Ian Herza: betul. Trotoar yang rusak memang menjengkelkan.
ReplyDeleteEh iya, sudah saya beri komen
makasih yah :)
ReplyDeleteJuga pepohonan yang ditanam tepat ditengah-tengah trotoar itu sangat mengganggu pejalan kaki. Harusnya ditanam disampingnya dong ya :)
ReplyDeletejalan kaki juga bisa untuk melatih tubuh dan gak loyo :D
ReplyDelete@dweedy: yup benar sekali. Menghabiskan lahan untuk berjalan.
ReplyDelete@anas: jalan kaki memang olahraga paling murah dan mudah