Pages

Friday, September 28, 2012

Meraba Indonesia (Ulasan buku)

Buku ini seperti sambal. Pedas tapi bikin ketagihan. Catatan yang membuka mata tentang kenyataan Indonesia dari pinggiran. Sebuah buku yang mampu menangkap denyut kehidupan orang biasa yang mengisi wajah Indonesia. (Andy F Noya, Host Kick Andy)

ini cover depan dan belakangnya, serta pembatas halaman

Kalimat diatas adalah komentar Andy F Noya terhadap karya dari Ahmad Yunus. Sebuah buku berjudul Meraba Indonesia. Buku ini mengupas secara subjektif potret Indonesia dari pinggiran. Menelanjangi Indonesia secara nyata, dekat, dan menyentuh.

Melalui guratan kata-katanya, Ahmad Yunus mengajak kita masuk ke dalam petualangannya. Mengunjungi pulau-pulau kecil yang selama ini kerap dilupakan, naik kapal dengan fasilitas kurang layak, hingga mencicipi keindahan alam laut Indonesia. Semua dilakukannya dengan resiko tinggi. "Kita seakan terlibat petualangannya ketika menjelajah garis depan republik ini", ujar Anies Bawesdan, Rektor Universitas Paramadina sekaligus Penggagas Indonesia Mengajar.

Ahmad Yunus bertemu dan hidup dengan orang-orang biasa yang menuturkan kisah-kisah mereka, dari Sabang samapai Merauke. Selain menarik karena kesederhanaannya, buku ini juga menunjukkan kepada kita seperti apa "INDONESIA" dalam benak dan pengalaman para penghuni negeri kepulauan ini. (Linda Cristanty, Sastrawan dan Wartawan)

Bersama dengan rekannya, Farid Gaban, Ahmad Yunus berkeliling Indonesia selama kurang lebih satu tahun menggunakan sepeda motor. Mengambil ribuan foto, berjam-jam video, serta berlembar-lembar catatan perjalanan. Perlu kedisiplinan tinggi, kepekaan, serta ketekunan untuk menghasilkan buku ini, dan Ahmad Yunus melakukannya dengan sangat baik.

Perjalanan dimulai dari Jakarta, dilanjutkan dengan menyusuri Sumatera. Dimulai dari lampung, Pulau Pahawang, Tekuk Kiluan, Pulau Enggano, Mentawai, sampai ke titik nol kilometer Sabang. Memotret kehidupan masyarakat Nias, Barus, Natuna.

Saya beruntung kenal Ahmad Yunus. Bersama wartawan senior, Farid Gaban, ia berkeliling Indonesia dan menuliskan kondisi masyarakat yang ia temui dengan bahasa sederhana tapi sarat makna. Yunus sosok yang bisa menginspirasi pemuda Indonesia lainnya untuk mencintai Indonesia apa adanya. (Irma Hutabarat, Pendiri dan Ketua Miyara Sumatera Foundation)

Menyeberangi selat karimata untuk menapaki Kalimantan. Melihat keindahan Pulau Kakaban beserta ubur-ubur Jurassicnya. Menyaksikan nasionalisme yang sebenarnya di Tarakan, Pulau Sebatik, dan sekitarnya.

Melanjutkan petualangan ke Sulawesi, menjadi saksi janji-janji semu pemerintah di titik paling utara di Pulau Miangas. Bergerak ke Maluku yang eksotis. Ke Papua yang mempesona, mengunjungi titik paling timur di Merauke. Dilanjutkan lagi menuju Nusa Tenggara, melihat Flores dan menapaki titik selatan di Pulau Rote, sampai akhirnya kembali ke tanah Jawa.

Sulit menemukan orang "segila" Ahmad Yunus. Ia mau menemani saya keliling Indonesia bersepeda motor, tidur di mana saja, dan naik kapal yang beresiko tinggi ketika mengunjungi pulau-pulau kecil tempat malaria mengancam, tanpa kehilangan selera humor, kewarasan, kepekaan, serta ketekunan merekam dan menulis apa yang ada di depan matanya. (Farid gaban, wartawan senior dan rekan perjalanan Ahmad Yunus)

Kisah yang dituangkan dalam buku ini tak melulu tentang keindahan sebuah tempat wisata. Buku ini terasa lengkap karena Ahmad Yunus mewarnai kisahnya dengan latar sejarah, kearifan lokal, serta politik. Dengan lugas Ahmad Yunus menceritakan kisah perompak yang sering muncul di Selat Malaka, mengajak kita mengenal sosok Tan Malaka yang cerdas, memotret perjuangan masyarakat di pulau-pulau kecil untuk bertahan hidup, sampai mengupas tragedi kelam di tanah Flores yang jarang diketahui orang.

Semua kisah yang ada di buku ini layak untuk dibaca. Beruntunglah Ahmad Yunus mau bersusah payah untuk merangkum kisahnya agar lebih mudah dibaca. Dengan harga yang cukup terjangkau, buku ini pantas menjadi koleksi. Di dalam buku ini juga diselipkan sebuah DVD dokumenter, dan juga beberapa foto yang diambil langsung oleh Farid Gaban dan Ahmad Yunus.

bonusnya berupa DVD dokumenter

"Sepanjang perjalanan kami tak melihat pembangunan serius di lini kelautan" salah satu komentar pedas Ahmad Yunus yang dapat ditemui di dalam buku ini.

Buku ini mengajak kita untuk menyelami Indonesia dari dekat. Sebuah rekaman perjalanan yang menggugah hati. (Imam B. Prasojo, dosen Universitas Indonesia dan pendiri Yayasan Nurani Dunia)

*semua foto diambil dari google

8 comments:

  1. Sepertinya-buku-ini-bagus T_____T saya wajib punya u.u uang mana uang? *ngais-ngais tempat sampah*

    ReplyDelete
    Replies
    1. ayo dibaca, mbak. Gak rugi deh, isinya bagus :)

      Delete
  2. Wah, kok kemarin saat ke toko buku saya ndak melihat buku ini ya? Nanti coba saya cari lebih teliti lagi di toko buku. Saya senang dengan buku-buku petualangan semacam ini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Coba tanya ke penjaga toko bukunya mas, buku ini emang udah agak lama beredarnya

      Delete
  3. akhirnya saya jadi ketularan beli juga mas hehe :D baru baca awalnya saja sudah bagus ceritanya. Di Togamas Gejayan masih ada bukunya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ternyata ada yang terpengaruh buat beli, hihihi

      Selamat membaca ya mas, semoga terinspiratif dengan kisahnya mas Ahmad Yunus :D

      Delete
  4. kepengen jadi penulisnya, keliling indonesia dengan cara sederhana :D nice share

    ReplyDelete