Sudut Pandang

There are no facts, only intepretations. 

Kalimat tersebut adalah perkataan seorang filsuf Jerman, Friedrich Nietzsche. Sejenak saya renungkan makna atas kata-kata itu. Memang benar dan cukup masuk akal. Tidak ada fakta, hanya intepretasi belaka. Saya mengambil contoh dengan menggunakan sebuah gambar dibawah ini.

Setengah penuh atau setengah kosong, tak ada yang salah. Mungkin semua benar dalam intepretasinya masing-masing. Melihat gambar itu, seolah terlihat bahwa gelas itu setengah penuh, namun juga setengah kosong. Namun apakah dengan demikian gelas itu tidak bisa disebut penuh?

Pertanyaan yang cukup sulit. Tetapi kesulitan dapat dipecahkan jika kita mau mengubah sudut pandang. Sebuah keadaan yang sulit bisa dimudahkan hanya dengan mengubah sudut pandang, dimana kerumitan akan selalu bisa dimanipulasi menjadi kesederhanaan.

Saat orang berkata gelas itu setengah penuh, maka sebagia orang menyangkal dengan berkata gelas itu setengah kosong. Berusaha saling meyakinkan bahwa yang mereka katakan adalah fakta. Semua berintepretasi bahwa gelas hanya dapat diisi oleh benda yang terlihat Tak ada yang berpikir lebih jauh bila udara juga merupakan sebuah benda yang bisa menempati ruang.

Dan kali ini dengan sedikit mengubah sudut pandang, saya mengatakan bahwa gelas itu penuh. Setengah berisi air, dan setengahnya berisi udara.

Fakta yang mengatakan gelas tersebut setengah  penuh, setengah kosong, atau bahkan penuh, adalah sebuah permainan sudut pandang belaka. Sebuah intepretasi dari beberapa orang. Terkadang kita selalu berangapan sebuah fakta didasarkan pada intepretasi orang terbanyak, bukan pada kejadian sebenarnya.


Persepsi alias sudut pandang adalah suatu keadaan yang sangat subjektif.