Kami berdiri berhadapan, bersahut-sahutan
Sesekali mencoba saling memaafkan
Memori itu terus berputar
Di sebuah ruangan, seorang kakak duduk terdiam
Tampaknya ia sedang berpikir
Mukanya rapuh, dan hatinya hampa
Kami terus berteriak
Seakan bisa memberi semangat
Walaupun kami tau api itu tak mempunyai telinga
Tiba-tiba hujan turun
Api yang kesepian itu mulai bergolak
Mencari-cari kehangatan yang tersisa
Kakak itu beranjak pergi
Meninggalkan sesuatu yang samar
Meja kayu dan kursinya mulai rapuh
Gelap, sunyi, sepi
Tubuhnya hilang ditelan gelombang malam
“Sudahkah kau mengerti?”, tanyaku perlahan
No comments:
Post a Comment