Pages

Wednesday, September 28, 2011

Dualisme Dalam Islam, Sebuah Opini Pribadi


Tulisan ini merupakan opini yang berisi tanggapan saya secara pribadi atas kondisi pemeluk agama Islam di Indonesia, gerakan pembentukan negara Islam Indonesia, serta kasus terorisme beberapa tahun belakangan. Disajikan secara singkat dan padat dengan tidak mengurangi makna yang ingin ditampilkan.


Islam adalah agama saya, sebuah kepercayaan yang disebarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Didalam Islam ini, saya diajarkan tentang indahnya kasih sayang. Islam dapat juga diartikan sebagai agama yang damai. Menurut saya pribadi, Islam adalah agama kasih sayang yang meminimalisir terjadinya konflik dan menghargai orang lain untuk beribadah sesuai kepercayaannya, karena memang tak ada paksaan untuk memeluk Islam. Namun berbagai pihak menyalahgunakan agama ini untuk kepentingannya masing-masing. Disisi lain orang memeluk Islam untuk mendapatkan kedamaian, tetapi yang terjadi malah sebaliknya. Perubahan paradigma dari agama damai menjadi agama “keras” dicapai secara sukses dalam kurun waktu beberapa tahun belakangan.

Banyak yang beranggapan bahwa teroris yang melakukan penganiayaan, pemboman, aksi anarkis terhadap warga non-muslim dilakukan oleh orang Islam. Islam radikal, begitu sebutannya. Motifnya apa, saya pun tak tau. Justru sebagai pemeluk Islam saya merasa heran. Dalam Islam,

Thursday, September 8, 2011

Meratapi Jaminan Perlindungan HAM Untuk Golongan Minoritas



(Tulisan ini adalah karya pertama saya yang dimuat di www.pedomannews.com silahkan klik disini untuk melihat)

     Selama ini saya adalah orang yang melihat sisi positif dari orde baru, dimana kekuasan mutlak dan otoriter dimiliki oleh Soeharto. Saya berpendapat bahwa dimasa kepemimpinan Pak Harto, adalah masa keemasan Indonesia pasca kemerdekaan. Ditandai dengan meredanya inflasi, kestabilan harga, minimnya kriminalitas, bahkan swasembada pangan. Indonesia bertransformasi dari negara yang baru merdeka menjadi negara berkembang yang patut diperhitungkan di kancah internasional.

                Jika dibandingkan dengan masa kepemimpinan pasca reformasi, yaitu masa setelah kekuasaan orde baru runtuh oleh semangat dan gelora rakyat, terlihat sekali perbedaannya. Pada masa pasca reformasi bisa dibilang Indonesia menganut paham demokrasi dengan mengutamakan hak pilih milik rakyat untuk memillih dari presiden hingga ke dewan perwakilan daerahnya, juga meliputi kepala daerah. Dimana suara rakyat benar-benar milik rakyat tanpa ada intervensi pihak lain. Sebuah terobosan baru yang tak mungkin ditemukan di masa orde baru.

                Menimbang banyaknya kasus-kasus pelanggaran HAM pada masa orde baru membuat saya kembali ragu untuk menyebut orde baru sebagai masa keemasan republik ini. Disamping itu

Saturday, September 3, 2011

Euforia Rakyat dan Optimisme Timnas


                Tadi malam, Timnas sepakbola Indonesia (atau yang lebih dikenal dengan nama timnas) bertanding di putaran kualifikasi pra piala dunia. Musuhnya adalah salah satu negara yang disegani di Asia, yang sudah 3 kali mengikuti putaran final piala dunia, Iran. Pelatihnya pun tak main-main, Carlos Queiroz, mantan pelatih Real Madrid, mantan pelatih timnas Portugal, dan mantan asisten pelatih Manchester United. Sebelum pertandingan pelatih Iran mengeluarkan Psy War dengan mengatakan bahwa Indonesia adalah salah satu tim yang berpotensi mencuri poin pada pertandingan tersebut. Sebuah hal yang lazim dilakukan sebelum pertandingan berlangsung, karena hal ini mengangkat beban moral tim yang dilatihnya untuk bisa bermain lepas.

                Pada saat pertandingan, terutama babak pertama, timnas Indonesia terlihat mampu menjaga gawangnya dari dominasi serangan Iran. Selain karena pemain bertahan kita cukup disiplin menjaga daerahnya, ketidakberuntungan para penyerang Iran juga salah satu