Pages

Monday, October 8, 2012

Festival Kopi Malang 2012

Festival Kopi Nasional 2012

Kali ini coffeelover Malang berpesta. Pasalnya di Malang diadakan festival kopi nasional. Acara yang diadakan pada tanggal 28 sampai 30 September 2012 ini merupakan festival kopi nasional pertama yang diadakan di Kota Malang. Meskipun gelaran ini berskala nasional, namun tak dipungut biaya masuk untuk melihat acara ini.

Dari pukul 15.00 wib hingga pukul 23.00 wib

Sekitar lima belasan booth yang beraksi memeriahkan acara ini. Meski jumlahnya hanya lima belasan, namun hal tersebut tak mengurangi antusiasme pengunjung unuk hadir. Beberapa kedai yang ikut meramaikan dengan ikut membuka booth adalah My Kopi O!, Sensa Koffie, Coffee Story, Toffin, Rollaas Nusantara, DNA cafe, Kopi Singa, Pemkab Bondowoso, Pemkab Jombang, dan beberapa booth lainnya.

My Kopi O! sedang persiapan

Tak hanya toko-toko kopi yang membuka booth, ada pula produk lainnya yang ikut membuka booth seperti Susu Greenfields, aneka kerajinan tangan, dan salah satu produsen Rokok.  Selain keberadaan booth-booth dari berbagai kedai kopi, terdapat pula sebuah panggung yang digunakan untuk berbagai kompetisi dan menyajikan live music.

Tak melulu tentang kopi

Suksesnya acara ini bisa terlihat dari antusiasme pengunjung yang hadir memeriahkan acara yang diadakan di parkir utara plaza araya ini. Pengunjung datang dengan bergerombol, membawa teman atau pasangan, ada pula yang datang seorang diri meski jumlahnya sedikit. Sebagian pengunjung datang dengan membawa kamera dengan lensa panjang, beberapa wartawan pun terlihat hadir. Hadir pula Adi W Taroepratjeka, Q-Grader sekaligus host acara Coffeestory yang tayang di kompasTV.

Masih sore masih sepi

Setiap harinya diadakan beragam acara yang berbeda. Dari jambore barista, chalkboard menu competition, atraksi adu latte art, hingga kompetisi cethe. Pengunjung yang datang tak hanya warga asli malang. Terdapat pula pengunjung dari luar Malang yang menyempatkan diri untuk menghadiri acara ini. Meski tidak hanya coffeelover (penikmat kopi) yang hadir, suasana dibangun dengan damai dan penuh kehangatan.

Salah satu jenis kompetisi yang turut meramaikan

"Saya asline seko Kediri mas, kesini (Kota Malang-pen) yo mung pengen liburan. Eh kok malah ngepas onok acara iki, yowes sisan wae mampir" (Saya aslinya dari Kediri mas, kesini cuma pengen liburan. Eh kok malah pas ada acara ini, yasudah sekalian aja mampir), tutur salah satu pengunjung yang berasal dari luar Malang dengan logat khas Jawa.

Mesin andalan turut dibawa

Dalam festival ini pengunjung bisa mencicipi aneka kopi yang ditawarkan oleh masing-masing kedai, selain it mereka juga bisa berbincang dan bertanya. Banyak yang bertanya mengenai kopi yang dijual oleh masing-masing kedai, seluk beluk kopi nusantara, hingga cara menyajikan kopi menggunakan alat seduh manual.

Chalkboard yang menarik merupakan magnet bagi pengunjung

Pada hari terakhir, salah satu booth, Coffeestory Malang, memberikan kopi luwak secara cuma-cuma. Pengunjung langsung mengerubungi booth tersebut, entah karena penasaran dengan rasa asli dari kopi luwak yang konon menjadi kopi termahal di dunia atau sekedar aji mumpung ada yang memberi kopi gratisan. Tak pelak awak dari booth coffeestory kelimpungan menanggapi respon dari pengunjung. Seru!

Luwak pun ikut berpose

Semoga acara seperti ini diadakan rutin dan kota lain dapat turut berpartisipasi menjadi tuan rumah. Dengan adanya acara seperti ini, masyarakat diberi semacam edukasi tentang kopi sekaligus mempromosikan kopi Indonesia yang semakin menggeliat. Cara baru mengenalkan kelezatan kopi-kopi Indonesia, karena berbeda daerah penghasil kopi maka berbeda pula karakter rasa kopinya. Setelah datang ke acara ini, beberapa pengunjung juga menjadi sedikit lebih paham bila cara seduhnya juga menentukan karakter rasa yang didapatkan.

Cethe, seni melukis rokok dengan kopi sebagai tintanya

Tak lupa sebuah kopi menjadi oleh-oleh saya dari festival ini. Sebuah kopi dari Papua Tangnam 250gram. Alasan saya memilih kopi ini karena rasanya yang unik. Rasa asam yang menggigit dibungkus oleh rasa asin, serta sedikit sengatan pahit yang hampir tak terasa di lidah. Entah lidah saya yang kacau atau memang rasanya seunik ini. Ah, tak sabar menanti Festival Kopi Nasional berikutnya!

Kerja keras meladeni permintaan pengunjung

Ini dijual, bukan sekedar dipajang


Bermacam-macam kopinya

 
Ramainya mirip pasar malam


*semua foto merupakan hasil jepretan saya yang diambil dengan kamera seadanya. Minimnya alat pendukung tak mengurangi antusiame saya untuk menghadiri acara ini.

3 comments: