Jurnalisme warga adalah sebuah kata baru yang belum saya dengan di bangku sekolah dasar. Menurut logika berpikir saya, jurnalisme warga adalah sebuah kegiatan penyebaran catatan informasi yang dilakukan oleh masyarakat secara individu atau gabungan dengan tujuan menyebarkan informasi tanpa meraup imbalan. Tentu saja mereka disebut layaknya jurnalis karena metode yang digunakan mirip seperti jurnalis profesional. Dalam tulisan ini saya menggunakan kata jurnalisme profesional untuk mereka yang berprofesi sebagai wartawan dengan mematuhi kode etik jurnalisme, dan jurnalisme warga untuk yang bekerja secara amatiran tanpa berpegang teguh kepada kode etik jurnalisme.
Perbedaan pokok jurnalis warga dengan jurnalis profesional terletak pada penyebaran infonya yang dilakukan secara cuma-cuma dan tanpa ada paksaan. Paksaan disini maksudnya adalah tak ada deadline layaknya jurnalis profesional yang bekerja memburu berita karena mengejar target. Sedangkan cuma-cuma maksudnya adalah kegiatan menyebarkan berita ini bukan dijadikan sebagai sumber mata pencaharian. Kelebihannya jelas, tak ada pengaruh dan penekanan dari pihak tertentu mengenai isi berita. Penyebaran murah meriah karena kebanyakan menggunakan sosial media dari internet, seperti twitter, blog, e-book, video, atau media visual lainnya.
Jurnalisme warga memaksimalkan peran warga dalam mengolah suatu peristiwa menjadi catatan berita atau kisah yang dapat dinikmati oleh orang lain. Misalnya tentang peliputan suatu daerah, atau cerita mengenai kasus. Kelemahannya tentu saja ada, berita yang dihasilkan terkadang kurang akurat, kurangnya informasi pendukung, dan sedikit diragukan kebenarannya. Terkait dengan keraguan terhadap isi berita, hal itu sebenarnya kembali lagi kepada reputasi si jurnalis sendiri.
Menyikapi hal ini secara subjektif, selain hal-hal yang saya sebutkan diatas, terlihat beberapa keunggulan jurnalisme warga dibandingkan dengan jurnalisme media. Berita yang ditulis oleh warga yang menganggap dirinya seakan-akan seorang jurnalis tentu saja menggunakan kata-kata sederhana dan pokok berita yang langsung dapat dikenali. Akses terhadap berita lebih murah dan mudah. Hanya membutuhkan koneksi internet. Mereka yang berperan dalam jurnalisme warga belum tentu semuanya mendapat pelatihan khusus sebagai jurnalis, namun yang terpenting adalah tujuan mereka menuliskan serta menyebarkan berita tersebut. Mereka ingin orang lain mengetahui inti berita dengan cepat. Bukan tak mungkin malah muncul variasi pemberitaan baru yang tak disangka sebelumnya. Namun karena belum tentu semuanya mendapat pelatihan khusus sebagai jurnalis, kelemahannya tentu saja banyak.
Dibalik segala kelebihan dan kekurangannya, peran jurnalisme warga semakin vital di era globalisasi. Era globalisasi menuntut segalanya bergerak cepat, terutama penyebaran informasi. Masyarakat masih bergantung kepada jurnalis profesional sebagai sumber segala informasi. Namun terkadang informasi yang diberikan oleh jurnalisme profesional kerap kali dibumbui oleh kepentingan politis dari pemilik media atau atasannya. Untuk mengimbangi hal tersebut, jurnalisme warga hadir dan bergerak dengan caranya sendiri.
*credit foto: http://kopikental.blogspot.com/2010/11/jurnalisme-gosip.html
**tema tulisan ini adalah Jurnalis Warga #ligabloggerindonesia
Menyikapi hal ini secara subjektif, selain hal-hal yang saya sebutkan diatas, terlihat beberapa keunggulan jurnalisme warga dibandingkan dengan jurnalisme media. Berita yang ditulis oleh warga yang menganggap dirinya seakan-akan seorang jurnalis tentu saja menggunakan kata-kata sederhana dan pokok berita yang langsung dapat dikenali. Akses terhadap berita lebih murah dan mudah. Hanya membutuhkan koneksi internet. Mereka yang berperan dalam jurnalisme warga belum tentu semuanya mendapat pelatihan khusus sebagai jurnalis, namun yang terpenting adalah tujuan mereka menuliskan serta menyebarkan berita tersebut. Mereka ingin orang lain mengetahui inti berita dengan cepat. Bukan tak mungkin malah muncul variasi pemberitaan baru yang tak disangka sebelumnya. Namun karena belum tentu semuanya mendapat pelatihan khusus sebagai jurnalis, kelemahannya tentu saja banyak.
Lantas siapkah anda menjadi seorang jurnalisme warga? Menjadi seseorang yang mau membatu menyebarkan catatan informasi kepada sesama masyarakat secara cuma-cuma. Menjadi sosok yang mengimbangi pemberitaan berbumbu politis dari media. Menjadi sosok yang memberi warna baru dalam dunia jurnalistik.
Dibalik segala kelebihan dan kekurangannya, peran jurnalisme warga semakin vital di era globalisasi. Era globalisasi menuntut segalanya bergerak cepat, terutama penyebaran informasi. Masyarakat masih bergantung kepada jurnalis profesional sebagai sumber segala informasi. Namun terkadang informasi yang diberikan oleh jurnalisme profesional kerap kali dibumbui oleh kepentingan politis dari pemilik media atau atasannya. Untuk mengimbangi hal tersebut, jurnalisme warga hadir dan bergerak dengan caranya sendiri.
*credit foto: http://kopikental.blogspot.com/2010/11/jurnalisme-gosip.html
**tema tulisan ini adalah Jurnalis Warga #ligabloggerindonesia
No comments:
Post a Comment