Pages

Friday, March 22, 2013

Sebulan di Madiun

Tanggal 18 kemarin genap sebulan saya tinggal di Kota Madiun. Kota yang memiliki julukan Kota Gadis ini terletak di Jawa Timur. Kota Gadis bukanlah seperti pikiran kalian, bahwa disini banyak bersliweran gadis gadis cantik. Memang ada namun jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan kota kelahiran saya. Gadis merupakan singkatan dari perdaGAngan, penDidikan, dan InduStri. Letaknya yang berada di jalur strategis antara Solo-Surabaya merupakan salah satu faktor berkembangannya julukan Kota Gadis. Kereta api Jakarta-Surabaya kerap pula singgah di Kota Madiun. Meski akses kesini sangat mudah namun sayangnya disini tak ada bandara pesawat komersial, apalagi pelabuhan.

Madiun dalam hemat saya identik dengan wilayah perbatasan antara kerajaan Mataram dengan kerajaan Kediri, dan juga tentang PKI. Tak bisa dipungkiri jika pemberontakan PKI tahun 1948 adalah salah satu hal yang terlintas dalam benak saya saat mendengar kata Madiun disebut. Pemberontakan ini dilandasi oleh niat Amir Syarifuddin yang ingin meruntuhkan kepemimpinan Soekarno-Hatta dan mengubah ideologi negara menjadi komunis. Harap dimaklumi karena persepsi saya tentang Madiun sedikit banyak dipengaruhi dari buku buku yang saya baca, termasuk pula sejarah.

Satu hal yang tak boleh dilewatkan saat berkunjung ke kota ini adalah mencicipi kuliner khasnya, Pecel Madiun. Dalam seporsi pecel madiun kita dapat menemukan campuran sayuran rebus seperti daun bayam, kacang panjang, kecambah, daun pepaya, daun turi, kemangi, petai cina, hingga serundeng kelapa. Semua sayuran ini dicampur lalu disiram dengan kuah kacang dan disajikan diatas daun pisang yang dibentuk sedemikian rupa sehingga mudah dipegang. Rasanya luar biasa lezat, membuat nagih. Bahkan salah satu teman saya monobatkan pecel sebagai salah satu menu sarapan wajib setiap harinya.

Selain pecelnya, ada lagi kudapan khas madiun yang layak dijadikan sebagai oleh-oleh. Kudapan ini bernama Brem Madiun. Sebuah cemilan yang dibuat dari sari fermentasi ketan yang diolah sehingga menyerupai kue. Biasanya dijual dalam bentuk lempengan panjang berwarna kuning keputihan. Rasa dingin menyeruak masuk ke dalam rongga mulut sejak gigitan pertama meluncur masuk. Untuk yang pertama kali mencicipi mungkin akan sedikit kaget dengan rasa dingin yang tidak biasa.

Sejauh ini adaptasi saya bisa dibilang sukses dan berhasil. Penduduknya ramah dan murah senyum, harga makanan sangat bersahabat, lingkungan yang hangat, menjadi faktor pendukung yang positif. Memang dibandingkan kota lain yang pernah saya singgahi, kota ini cenderung sepi dari wisata. Akhir pekan diisi dengan kumpul bersama keluarga atau sekedar bersantai dirumah, tak heran bila di akhir pekan jalanan menjadi lenggang.

Mainlah ke Madiun, temukan Pecel lezat dan Brem yang menyejukkan lidah!

*Maaf jika blog ini kembali jarang di update, berbagai kesibukan membuat semua ini menjadi lebih sulit. Mengenai catatan perjalanan tentang wisata, semoga saja dapat ditemukan di postingan selanjutnya.*

2 comments:

  1. Foto mana foto??? ^^ Ahhh kangen makan brem!!! >.<

    ReplyDelete
    Replies
    1. Fotonya di postingan berikutnya aja ya :D

      Delete