Pages

Tuesday, July 24, 2012

Tahun Ke 6


Enam
                Ini adalah tahun keenam saya berpuasa di kota ini. tahun keenam saya berpuasa jauh dari keluarga dan orangtua. Tahun keenam saya menjadi perantau. Tahun ini saya benar-benar bersyukur, sebuah tahun yang diawali dengan sebuah resolusi tentang harapan baru. Harapan untuk pergi meninggalkan kota ini dengan kebanggaan. Harapan untuk memulai kehidupan baru yang lebih menantang. Harapan untuk terus membahagiakan kedua orangtua saya.
               
                Bagaimanapun hasilnya, ini bukan sebuah ode perpisahan. Ini adalah sebuah coretan ringan, celotehan singkat. Sebuah awal baru akan ada setelah fase ini, dan saya yakin tantangan berat selalu ada dibalik setiap kisah. Diawali semacam tawaran untuk hidup di kota yang benar-benar berbeda dengan lingkungan asal, enam tahun lalu. Melewati jalan yang lebih gelap dan tanpa arah. Serta akhirnya melihat sebuah titik cahaya harapan di ujung jalan. Sepahit apapun, sebuah perjuangan akan terasa manis jika hasilnya sesuai harapan.

                Anggaplah ini euforia, sebuah keberhasilan menaklukan sebuah fase dan memasuki fase selanjutnya. Sebuah euforia keceriaan dibalik kesedihaan yang melemahkan harapan. Kegembiraan, keceriaan, kepuasan, yang saya tau ini akan terjadi sangat singkat. Bagaimanapun saya harus terus berjuang, membiasakan diri menghadapi tantangan. Bagaimanapun jadinya, sebuah berlian harus selalu disakiti, dipukul, diasah, disiksa sedemikian rupa agar menjadi sebuah permata indah yang tak ternilai harganya.

                Pedang terbaik berasal dari sebatang logam yang terus dipanaskan, dipukul, dicelupkan ke air, berulang-ulang, dan diasah hingga mendapatkan ketajaman yang diinginkan. Fase yang luar biasa sakit, sangat sakit. Namun setelah itu, kita mendapatkan pedang terbaik. Semua rasa sakit seakan sirna, dan hanya menyisakan sebuah kepuasan.

                Tibalah diujung cerita. Pertanyaan untuk sebuah fase baru pun bermunculan. Semua berceloteh ringan, saling berbisik, pada akhirnya hanya pertanyaan yang terdengar. Seseorang dengan penuh kesombongan dengan lantang bertanya, “Kemana lagi akan kau langkahkan kaki kecilmu?”

4 comments:

  1. Selamat telah menemukan cahaya di ujung perjalanan dalam fase ini ^^
    Akan pindah dari Jogja?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih mbak dweedy. Untuk waktu dekat sih belum ada rencana mbak, tapi ada saatnya aku kembali untuk menetap di kota kelahiranku itu :)

      Delete