Pages

Tuesday, January 22, 2013

Pulang?

Mungkinkah ini waktunya? Aku selalu bertanya hal ini kepada diriku sendiri. Sungguh, aku sendiri pun tak tau kapan harus memutuskan hubungan istimewa dengan kota ini.
Telpon genggamku tiba tiba berdering. Panggilan itu membuyarkan lamunanku. Sebuah perusahaan yang sedang berkembang membutuhkan karyawan. Sudah berkali kali kutunggu kabar dari beberapa perusahaan, akhirnya ada juga yang menghubungi. Mencari kerja tak semudah lulus dari serbuan pertanyaan dosen penguji skripsi. Bahkan kupikir lebih mudah melamar wanita daripada melamar kerja.



Tanpa buang waktu ku raih teleponku. Kubaca pesan singkat yang menyuruhku untuk membuka email. Sebuah kabar istimewa rupanya. Kau pasti sudah menebak isi kabar itu. Betul kan kawan. Ah, aku jadi tersipu. Kau memang tau segalanya.

Semua kepastian ini hanya membutuhkan sebuah hal sederhana, keberanianku untuk memilih. Masa depanku ada dihadapanku. Dan aku selalu yakin masa depanku bukan di kota ini. Segala sudut kota yang indah dan keramahan orangnya membuatku terlena. Aku harus keluar dari sini bila ingin maju. Zona nyaman kata mereka. Kota ini bukan rumahku, kota ini adalah surgaku.

Segala petualanganku membuatku paham bahwa untuk mencicipi manisnya suatu hal maka kita perlu parameter pembanding yang lebih pahit. Jika kau merasa teh itu pahit, cobalah kau telan kopi sebelum meminum teh. Niscaya teh tersebut akan menjadi lebih manis. Rumus sederhana untuk meraih manisnya kehidupan yang tentunya mudah dilupakan orang. Saat kau terjatuh dan tak paham harus berbuat apa, cobalah praktekan rumus itu sesekali. Sekarang biar aku mempraktekan rumus itu. Aku ingin hidup dan berjuang. Aku ingin merana agar aku tau rasanya hidup. Pergi berjuang dan kembali dengan segala kejayaanku. Aku harus pergi dari surga kecilku ini.

Sudah bertahun tahun aku hidup disini. Berbagai sudut sudah ku jelajahi. Aku bahkan sudah paham kebiasaan orang disini. Aku menjadi satu dengan kota ini.
Sudah waktunya kupikir. Saatnya untuk mengakhiri petualanganku disini. Mengakhiri segala fantasiku tentang sebuah hal yang dinamis. Pernah suatu waktu aku dan kawan kawan bermimpi untuk hidup selamanya di kota ini. Hendak merintis sebuah usaha kecil kecilan, begitu rencananya. Tapi kau tentu paham, aku dan kawan kawan hanya pintar mencari ide. Masalah eksekusi ide tersebut diluar batas kemampuan kami. Kami hanya sanggup mewujudkan rencana itu dalam angan angan, sambil tertawa renyah dan saling meledek.

Begitu banyak kenangan yang tercipta disini. Begitu banyak cerita yang terjadi. Teman saling pergi, bergantian meninggalkan untuk menuju tingkat kehidupan yang lebih baik. Aku masih disini saat mereka mulai pergi satu persatu. Aku tau inilah waktunya. Inilah saatku untuk pergi, meraih jalan menuju tingkat kehidupan yang lebih baik.

Dan disinilah aku sekarang, duduk manis di atas kursi nyaman kendaraanku. Surga kecilku perlahan mulai menghilang dari balik kaca spion. Angan angan akan keindahan persahabatan dan lain sebagainya terus mengusikku. Menusuk relung jiwaku. Segalanya kemudian senyap. Sepi. Aku sendiri menuju rumah.

Aku ingat sebuah petuah manis dari seorang kawan yang baik hati, "Sejauh apapun kau melangkah. Sejauh apapun kau pergi. Pada akhirnya kau akan selalu melangkah untuk pulang. Iya, pulang adalah tujuan kemana pun kita pergi."


*sumber foto: disini

6 comments:

  1. Selamat untuk pekerjaan barunya mas ^^
    Semoga bisa menemukan surga kecil lainnya di tempat yang sekarang ya :)

    ReplyDelete
  2. "Sejauh apapun kau melangkah. Sejauh apapun kau pergi. Pada akhirnya kau akan selalu melangkah untuk pulang. Iya, pulang adalah tujuan kemana pun kita pergi."

    keren banget kalimat ini.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, terima kasih mas. kata=kata itu terinspirasi dari film pendek berjudul homeland

      Delete
  3. filosofi Homeland banget men.

    see u next time bro, sukses di persinggahan selanjutnya. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih kawan, semoga sukses menambah dua huruf dibelakang nama

      Delete