Pages

Thursday, September 6, 2012

Transformasi Goa Gong (Pacitan Series-3)


Tulisan ini  merupakan lanjutan dari Pacitan Series. Sebuah series atau tulisan bersambung yang berupa ulasan mengenai suatu tempat wisata yang saya kunjungi. Foto dan isi cerita sepenuhnya berasal dari koleksi pribadi dan fakta-fakta yang saya alami selama perjalanan.

***

Berlibur ke Pacitan yang menyandang julukan kota 1001 goa rasanya kurang lengkap bila tak menyapa salah satu goa nya. Dengan alasan waktu, kali ini dengan sangat terpaksa saya hanya bisa mengunjungi salah satu goa. Diantara beberapa pilihan yang tersedia, akhirnya saya memilih untuk menyapa Goa Gong.

Inilah destinasi saya selanjutnya

Goa ini terletak cukup jauh dari pusat kota Pacitan. Berhubung saya membawa kendaraan pribadi, maka waktu keberangkatan bisa diatur sesuka hati. Tentunya sudah menjadi rahasia umum bila Goa Gong menjadi salah satu destinasi wajib bila berkunjung ke Pacitan. 

Kesan pertama saya berkunjung ke goa ini adalah transformasi. Perubahan atau transformasi dari sebuah goa alami menjadi sebuah destinasi wisata keluarga. Banyak perubahan yang diberikan untuk memberikan kenyamanan kepada pengunjung, sehingga keaslian goa pun perlahan terkikis. Dimulai dari akses menuju perut goa yang sudah terdiri dari puluhan anak tangga buatan, lampu di segala penjuru yang membuat senter menjadi seperti kurang berguna, juga beberapa blower atau kipas angin yang membantu memastikan pengunjung bisa bernafas di dalam perut goa. Secara sekilas seakan-akan terkesan sedang menjelajah ke dalam goa buatan. Berdasarkan penuturan pemandu, proses transformasi ini mulai dilakukan sejak tahun 1995.

Pak, tolong jangan dipegang!

Kesan berikutnya adalah minimnya perlindungan terhadap stalaktit-stalakmit yang sedang berkembang. Pengunjung dapat dengan mudah menyentuh, atau bahkan memukul stalaktit-stalagmit didalam goa. Seperti yang kita tau, proses tumbuhnya stalaktit-stalakmit membutuhkan waktu yang tidak sebentar dan tentu saja gangguan ini berakibat fatal. Padahal daya tarik utama Goa Gong sebagai destinasi wisata adalah pesona dari stalaktit dan stalakmit yang terdapat didalamnya. Alangkah baiknya bila diberikan sebuah edukasi mengenai proses tumbuhnya stalaktit-stalakmit untuk meminimalisasi kerusakannya.

Sebagian besar batuan termasuk stalaktit-stalakmit didalam goa terdiri dari marmer onyx berwarna merah. Bebatuan paling indah sebagian besar terletak diposisi yang sulit dijangkau tangan manusia. Patut disayangkan, dibeberapa bebatuan mulai terdapat bercak kehitaman yang muncul seiring banyaknya pengunjung genit yang rajin mengelus bebatuan. Tak heran bila batu-batu yang berada dalam jangkauan pengunjung mulai memudar keelokannya.

Bercak kehitaman ulah para pengunjung genit

Bagi mereka yang berharap untuk caving (susur goa) layaknya menelusuri goa alam dengan segala kealamiannya, maka siap-siaplah untuk kecewa. Namun bagi mereka yang ingin mengenalkan keindahan goa kepada anak-anak atau berwisata masuk ke perut bumi bersama keluarga, maka tempat ini adalah solusi terbaik.


*sebagian foto merupakan koleksi pribadi saya, sisanya adalah koleksi pribadi rekan saya Ahmad Ali

_________________________
Kunjungi juga: 

Pacitan Series-5 (Mengejar Senja Di Pantai Watukarung)
Pacitan Series-4 (Seruling Laut dan Sphinx Di Tepi Pantai)
Pacitan Series-3 (Transformasi Goa Gong)
Pacitan Series-2 (Refleksi Sebuah Sungai)
Pacitan Series-1 (Alun-Alun dan Teluk)

4 comments:

  1. Jadi stalaktit & stalakmit gak boleh dipegang ataupun dipukul-pukul toh :O Duh! aku sering megang-megang soalnya indah sekali jadi pengen pegang dan kalau di pukul berbunyi seperti kelintingan ._. Aku gak tau kalau itu malah merusaknya~

    ReplyDelete
    Replies
    1. jangan dipegang mbak, apalagi sampai dipukul. Stalaktit-stalakmit yang masih tumbuh/masih menetes airnya sangat rentan rusak. Sudah pernah ke goa mana saja mbak?

      Delete
    2. Wah aku gak tau >.< lagian petugasnya yang contohin ._. Tapi gak meneteskan air lagi si. Di Goa Mimpi dan Goa Batu di Bantimurung ^^

      Delete
    3. Kalo udah ndak meneteskan air berarti udah ndak tumbuh. Gapapa dipegang, tapi jangan dipukul, takutnya nanti malah patah :)

      wah aku belum pernah kesana, di Sulawesi ya mbak?

      Delete